Senin, 26 Desember 2011

PENTINGNYA “SMS CENTER MASJID”



Quantcast
Zaman kita telah berubah, bahkan perubahannya begitu sangat cepat, terlebih lagi perubahan tersebut didorong oleh berbagai media komunikasi, baik cetak maupun televisi yang banyak bermunculan. Hampir setiap lini kehidupan tak lepas dari pantauan dan liputan media, baik itu jajaran pemerintahan hingga rakyat jelata. Perkembangan informasi saat ini begitu mengila dan talah mampu menembus batas wilayah dan ruang waktu. Orang begitu mudah berkomunikasi, menyampaikan pendapat, saran, bertansaksi dll, tanpa harus repot dan bersusah payah seperti tempo dulu.
Sarana komunikasi yang  menjadi  tren di zaman ini dan sangat poluler adalah HP. Hampir setiap rumah, bahkan setiap orang, tidak tua ataupun muda, laki-laki ataupun perempuan, pintar maupun bodoh, kaya maupun miskin sudah bisa dipastikan memiliki HP. Dalam perkembangannya HP telah menjadi sarana komunikasi yang murah meriah bagi kebanyakkan  ummat manusia saat ini.
Tetapi sayangnya perkembangan yang sangat mudah, inovastif dan sangat membantu ini kurang mendapatkan sambutan yang positif masjid-masjid kita hari ini, sehingga hampir bisa dipastikan kebanyakkan masjid telah ketinggalan zaman. Terlebih lagi jika masjid diurus oleh pengurus yang gagap teknologi dan berparadigma lama, sudah tentu kemudahan informasi ini tidak akan berpengaruh bagi perkembangan masjid saat ini.

Dicari takmir Masjid yang masih Produktif

 


Quantcast
Melihat fenomena pengelolaan masjid hari ini, seringkali dirasa sangatlah membosankan, dikatakan demikian pasalnya masjid saat ini dari tahun ke tahun cenderung tidak ada perubahan dalam pengelolaan masjidnya, kalaupun ada yang berubah biasanya hanya pada bangunan dan fasilitas semata, sedangkan dalam persoalan aktivitas cenderung nol besar, contohnya yakni pengelolaan remaja masjid, pengelolaan dana kas masjid dll, banyak yang berjalan asal jalan, tanpa memiliki Visi dan arah yang jelas, sehingga sepuluh tahun yang lalu dengan saat ini, mampir tidak ada perubahan. Maka wajar kalau banyak yang merasa bosan dengan fenomena masjid hari ini yang tidak mampu memberikan perubahan yang berarti pada ummat, bahkan kecenderungannya masjid saat ini banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan atau partai tertentu pada saat menjelang pemilu.

MELURUSKAN Pengelolaan Infaq/Kas Masjid hari ini

 

Tema di atas  sengaja saya angkat untuk menindaklanjuti dari tema-tema sebelumya, khususnya tema yang terkait dengan pengelolaan kas masjid pada buletin sebelumya, yakni yang membahas “Kemana Infaq jum’atan anda selama ini disalurkan/dimanfaatkan” pada tema tersebut di atas penulis banyak mendapatkan masukkan, baik secara langsung, melalui email maupun situs, bahwa ternyata masih ada saja takmir/pengurus masjid yang tetap bertahan untuk menyimpan dana kas masjidnya dan tidak segera menyalurkannya untuk ummat yang membutuhkan, takmir/pengurus tadi berdalil bahwa kas masjid untuk persediaan/cadangan dana kalau sewaktu-waktu dibutuhkan.

Manajemen Masjid seharusnya lebih baik dari Manajemen RT (Rukun Tetangga) ….

 

Sebelum membahas tema diatas perlu saya sampaikan atas respon dari masyarakat tentang berbagai tulisan dalam buletin ini sebelumnya, yakni yang berhubungan dengan masjid, antara lain tema “Dicari Takmir masjid yang memiliki Visi dan Misi Pemberdayaan Ummat”, “Kemana Infaq juma’atan anda selama ini disalurkan/dimanfaatkan” dan masih banyak tulisan lainnya yang segera hadir dihadapan pembaca sekalian, baik yang saya muat di situs maupun buletin kita tercinta, Insya Allah.
Dari respon masyarakat yang masukkan, terbagi menjadi 3 kelompok, pertama, Kelompok yang pasif, Kedua, kelompok yang menentang, karena mereka merasa dikritik dan “ditelanjangi”, kelompok ini didominasi mereka yang tidak enghendaki perubahan serta ketiga, mereka yang memberikan dukungan, kelompok ini diwakili mereka yang menginginkan perubahan dan berharap masjid memiliki Visi ke depan dengan baik dan jelas.
Berbagai respon atas tulisan tersebut, penulis serahkan pada masyarakat untuk memberikan penilaian, kewajiban penulis hanya menyampaikan dan membangun para paradigma ummat agar memberikan perhatian yang serius terhadap kemajuan masjidnya, jangan sampai masjid terkesan hanya untuk ibadah ritual semata. Tidak hanya itu, penulis pun siap diajak diskusi jika diminta, tentunya permintaan tersebut dengan cara yang baik dan elegan dan tidak dengan cara yang kasar sebagaimana seorang “raja”.

Training Baitul Maal Masjid di Masjid AL HIDAYAH Cemani lama, Sukoharjo

Kata temanku : Kalau Infaq “jangan” ke Masjid …?

Dalam sebuah diskusi ringan dengan salah seorang pemuda muslim, yang saat itu membahas tentang peran dan fungsi Baitul Maal Masjid, banyak sekali lontaran ide dan gagasan yang mengalir begitu banyak diruang diskusi. Dari sekian banyak gagasan dan lontaran ide yang mengemuka, ada satu hal yang menarik perhatianku untuk terus ku renungkan dan ku pikirkan dengan seksama.

KETIKA PENGURUS MASJID hanya pandai membangun fisik masjid semata ……


Quantcast
Pada saat aku diminta untuk menjadi pemateri disalah satu acara Training yang bertemakan Optimalisasi Baitul Maal Masjid, yang diselenggarakan oleh salah satu Radio di kota bengawan, ada beberapa pertanyaan dari pendengar yang cukup membuat saya prihatin dengan perjalanan masjid kita saat ini. Dari sekian banyak pertanyaaan yang masuk dari pendengar (yang mayoritas jama’ah masjid ditempatnya masing-masing), mereka umumnya mengeluhkan seringnya pengurus masjid, dalam hal ini Ketua Takmir masjidnya yang hanya berorientasi membangun fisik masjid semata dan kurang peduli dengan pembangunan pada ummat.

Sabtu, 24 Desember 2011

Cara Mempermudah Hafalan Quran Kita oleh Bunda Naura (tulisan 03)


Quantcast
Setelah kita tahu trik jitu menghafal, kali ini saya akan mengantar anda memahami bagaimana agar otak anda mudah menghafal, apapun itu, khususnya menghafal Al Quran.
Menghafal, adalah kerja otak, bukan kerja anggota badan, ataupun mulut anda.
Menghafal, tentu saja membutuhkan konsentrasi, dan untuk memfokuskan konsentrasi itu, ada banyak hal yang mendukung, dan mempengaruhinya.
eits tunggu dulu, ini kan bahasa fesbuk, ngapain serius yah?? santai aja fren, yang penting kena!! :D

Trik Jitu Menghafal AlQuran oleh Bunda Naura (Tulisan 02)


Quantcast
Aku heran, banyak orang menganggap mudah menghafal alQuran
Dikiranya, alQuran bisa dihafalkan semudah membalik telapak tangannya
Demi Allah, ini adalah kitab yang mulia
Tiada mampu menyimpannya,, kecuali pribadi taqwa beserta seluruh komitmennya
Saudaraku,, jika menghafal Quran adalah keinginanmu, yg membuncah kuat didalam dadamu,
Inilah keris pusaka senjata ampuh melumpuhkan kemalasanmu, dan membangkitkan cemerlangmu
Teruskan membaca jika azzam itu ada,, berhenti disini jika tiada anganmu kesana :)
———————————————————————————————————

SEBAB – SEBAB PUDARNYA HAFALAN QUR’AN SEORANG HAFIZHAH (bagian pertama)


Quantcast
Oleh :
Ustadzah Romlah Naila Hafazhah Fillah
Hukum sebab dan akibat merupakan bagian siklus yang harus dijalani dalam kehidupan manusia, setiap kita tidak akan mungkin lepas dari kaidah ini. Jika kita jumpai akibat disitu pasti kita dapatkan pula sebab yang menimbulkannya, begitu pula manakala ada aksi pasti akan diiringi pula dengan adanya reaksi. Ketentuan-ketentuan tersebut memang sudah digariskan oleh Sang Pencipta Alam semesta yakni Allah SWT, bahwa kehidupan dunia yang fana ini akan kita jumpai dua hal yang bertolak belakang, tetapi pada hakekatnya antara keduanya saling melengkapi dan saling terkait satu sama lainnya. Misalnya, Allah SWT menciptakan malam tetapi juga mengadakan siang, ada laki – laki ada pula wanita, ada baik dan ada pula yang buruk dan sebagainya.

PENERIMAAN SANTRI/WATI BARU (Komunitas TPA/TPQ Plus AL USWAH) Tgl 10 Juli – 13 Agustus 2011



Quantcast

Komunitas TPA/TPQ Plus AL USWAH

MENGENAL SEKILAS TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN Plus SIDODADI “Membentuk Pola Pikir, Sikap, Tindakan dan Kecerdasan Anak melalui Membaca dan Menghafal Al Qur’an”


Para Santri/wati Taman Pendidikan Al Qur'an Plus SIDODADI sedang mejeng......
Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI atau yang disingkat dengan TPA/TPQ Plus SIDODADI adalah lembaga yang berorientasi untuk memberikan pengajaran Al Qur’an pada kalangan anak-anak, khususnya dalam hal membaca dan menghafal Al Qur’an. Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI ini adalah lembaga yang berada dibawah binaan Khoirotun hisan dan Pemuda Islam SIDODADI. Sebagai salah satu wadah pengajaran Al Qur’an yang ada ditengah-tengah masyarakat, Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI ini memiliki peran yang sangat penting, baik dalam hal memberikan pengajaran membaca dan menghafal Al Qur’an maupun menanamkan moral yang baik dan Islami  pada anak-anak.
Berangkat dari motivasi di atas, Pengurus Khoirotuan hisan Center yang bekerjasama dengan Muda-Mudi Islam SIDODADI serta berbagai yang lembaga yang peduli dengan pengajaran Al Qur-an menyelenggarakan Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI.
Sekilas konsep Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI ini tidak jauh berbeda dengan TPA/TPQ yang saat ini ada, hanya saja metode pengajaran, pengelolaan dan kualitas para tenaga pengajar saja yang berbeda, selain itu pada Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI ini output atau lulusannya akan memiliki tolak ukur yang jelas dan memiliki kemampuan di atas rata-rata anak-anak TPA/TPQ yang ada saat ini.
Semoga kehadiran Taman Pendidikan Al Qur’an Plus SIDODADI ini mampu memberikan pencerahan dan perbaikan bagi perkembangan TPA/TPQ saat ini, Amiin

TRAINING …Memperbaiki TPA/TPQ saat ini melalui Konsep TPA/TPQ Plus



Quantcast

Jangan Kasar Pada Anak Anda, Atau IQ nya Akan Menurun



Quantcast
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua sebagai manusia kadang lupa mengontrol emosi. Berbagai masalah yang dihadapi dan belum lagi energi yang habis ketika mengurus rumah tangga seringkali membuat orang tua lupa menjaga kendali.
Pukulan ringan atau kekerasan kerap terjadi ketika orang tua emosional. Walau begitu, tidak sedikit orang tua yang langsung merasa menyesal ketika telah melakukannya.
Universitas Tulane, Los Angeles melakukan penelitian terhadap kekerasan anak. Hasilnya, anak berusia tiga tahun yang sering mendapatkan kekerasan fisik dari orang tua, cenderung bersikap lebih agresif saat berusia lima tahun. Makin sering kekerasan yang didapatkan, makin agresif pula perilakunya.

Manajemen TPA/TPQ, manajemen “hangat-hangat tai ayam”

Quantcast
Cukup lama kita tidak membahas tentang problematika TPA/TPQ saat ini, setelah sekian edisi kita menampilkan rubrik tentang hikmah dari sedekah, maka pada rubrik kali ini, sengaja saya angkat kembali tema yang terkait dengan seluk beluk  TPA/TPQ.
Tema yang saya angkat kali ini yakni manajemen TPA/TPQ, manajemen “hangat-hangat tai ayam”. Jika kita melihat pengelolaan TPA/TPQ di kebanyakkan masjid kita saat ini, tema ini terasa sangat cocok dengan kondisi TPA/TPQ kita, yang semakin hari, semakin memprihatikan saja. Perjalanan sekian lama mengelola TPA/TPQ, ternyata amat jauh dari kesan maju, tidak ada perkembangan yang berarti, bahkan kecenderungannya semakin mundur saja, hal ini amat terlihat bagaimana dengan pengurus masjid yang bersemangat dulu, ternyata semangatnya semakin pudar saja, ustadz/ah TPA/TPQ yang digadang-gadang mampu memberikan pelajaran Al Qur’an, akhirnya pergi entah kemana . Ya, inilah wajah TPA/TPQ kita saat ini, wajah pengelolaan TPA/TPQ dengan manajemen “hangat-hangat tai ayam”, semangat hanya diawal saja, setelah itu tak tahu harus bagaimana.

Belajar “Memuliakan” Tenaga Pengajar TPA/TPQ (Pengajar Al Qur’an)


Tema tersebut saya angkat, berawal dari perjumpaanku dengan salah seorang pengajar TPA/TPQ disalah satu masjid. Ia menceritakan bagaimana beratnya tanggungjawab sebagai pengelola dan sekaligus pengajar  TPA/TPQ selama ini, hampir waktu sorenya dihabiskan untuk mendampingi anak-anak belajar Al Qur’an. Padahal jika dibandingkan pemuda seusianya, banyak para pemuda yang menghabiskan waktu sorenya untuk les pelajaran sekolah, ada yang berolah raga, ada yang bersendau gurau dengan teman lainnya  dll, tapi dirinya rela dan ikhlas mendampingi, membimbing dan mengajar di TPA/TPQ. Walaupun ilmu yang dimilikinya terbatas, tapi dirinya tetap bersemangat dan terus berusaha semampunya mengemban amanah dengan sebaik-baiknya, demi adik- adik kampungnya agar bisa membaca Al Qur’an dengan baik. .
Ditengah a siknya dirinya bercerita, saya sesekali bertanya padanya untuk lebih menjelaskannya lagi bagaimana suka dan dukanya menjadi pengajar TPA/TPQ selama ini, .Saat itu saya bertanya padanya, apakah selama ini tidak ada pertemuan rutin dengan pengurus masjid setempat (sebagai bentuk dukungan) dan dana operasional dari pengurus masjid ? Ia memberikan  jawaban yang sangat mengherankan saya, jangankan pertemuan mas, melihat langsung TPA/TPQ saja ngak pernah dilakukannya. Sedangkan untuk dana operasional TPA/TPQ saja kita diharuskan membuat proposal terlebih dulu,  padahal dana yang kita minta hanya cuma Rp. 50 ribu saja. Mendengar jawaban tersebut, saya sangat heran dan tak hampir pikir dengan perjalanan TPA/TPQ di masjid tersebut. Dalam hati saya hanya bisa prihatin, kok zaman sekarang masih ada saja pengurus masjid yang tidak peduli dengan TPA/TPQ, khususnya lagi pengajar TPA/TPQ (seiring dengan perjalanan waktu, pada akhirnya TPA/TPQ di masjid tersebut mati karena tak terurus dengan baik).

Kalau tidak ke TPA/TPQ, Ke mana anak anda mau belajar Al Qur’an ?

Orang tua mana yang tidak bangga jika kita memiliki anak sholeh/ah yang taat pada Allah dan berbakti pada kedua orang tuanya. Tapi sayangnya mendidik anak agar menjadi anak sholeh/ah bukan pekerjaan mudah bagi orang tua saat ini. Para orang tua dituntut untuk mencurahkan perhatian dan pengorbanannya demi si buah hati tercinta.
Lahirnya seorang anak sholeh/ah bukan tiba-tiba saja muncul, tapi perlu ada pendidikan dan penanaman sejak usia dini. Ibarat tumbuhan, seorang anak perlu dirawat dan dijaga dengan baik. Semakin baik perawatan kita tentu akan semakin baik pula hasilnya. Salah satu yang seharusnya ditanamkan oleh para orang tua, sebagai bentuk penjagaan adalah bekal-bekal Al Qur’an. Al Qur’an adalah bekal utama yang tidak boleh ditinggalkan oleh para orang tua saat ini. Tanpa bekal Al Qur’an mustahil kita akan mampu mendidik anak kita menjadi anak yang sholeh/ah, sebab Islam memandang bahwa faktor yang menentukan seorang anak dikatakan sholeh/ah, dirinya memiliki bekal Al Qur’an.

PEDULI TAMAN PENDIDIKAN AL QUR’AN

Quantcast
Hidup segan mati pun tak mau, mungkin inilah gambaran nyata dari perjalanan Taman Pendidikan Al Qur’an di masjid kita saat ini. TPA/TPQ yang merupakan benteng pengkaderan generasi Islam masa depan  (yang telah teruji sekian tahun dalam memberikan pengajaran Al Quran), perlahan namun pasti telah memasuki masa kepunahan, kalau tidak dikatakan punah, paling tidak keberadaannya pun antara ada dan tiada.
Jika kita menyaksikan perjalanan TPA/TPQ ini hari ini, mungkin anda hanya bisa prihatin dan meratapi nasib, bagaimana tidak? Dari sisi pengajarnya tidak punya kualitas dan hanya bermodalkan keikhlasan, kalau diberi subsidi yang pantas (sebagai bentuk penghormatan pada para pengajar Al Quran) dikritisi habis-habisan, manajemen TPA/TPQ amburadul, jumlah santri/wati hampir satu kampung, sedangkan pengajarnya hanya segelitir orang saja, miskin dana (sebab pengurus masjid sangat pelit mengelurkan dana untuk TPA/TPQ) dan lain sebagiannya. Walhasil, tidak ada yang bisa membuat kita bangga dari perjalanan TPA/TPQ saat ini. Bagaimana kita akan bangga, kalau hampir seluruh perangkat pembelajaran di TPA/TPQ masih compang-camping alias amburadul ? Inilah kenyataan TPA/TPQ di masjid kita hari ini, kalau pun ada TPA/TPQ yang masih bisa berjalan, berjalannya pun antara hidup dan mati, sedangkan  TPA/TPQ yang mati dan tinggal nama, tak terhitung jumlahnya.

TPA/TPQ diharap, tapi dilupakan …kok bisa???

Quantcast
Kalau anda mengerti betul bagaimana kondisi TPA/TPQ saat ini, maka kata-kata yang paling pas untuk diucapkan barangkali, ….Sungguh Memprihatinkan...,tak tega rasanya melihat perjalanan TPA/TPQ saat ini. Rasa keprihatinan ini barangkali cukup beralasan, karena memang pada kenyataannya TPA/TPQ saat ini ibarat anak tiri yang terlupakan, bayangkan sudah anak tiri, masih ditambah dengan istilah terlupakan lagi.
Kalau kita mau jujur, saat ini hampir tidak ada TPA/TPQ yang bisa dikatakan baik, yang ada serba memprihatinkan, coba kita tengok satu persatu, mulai dari kualitas ustadz/ah dalam hal bacaan Al Qur’an, moyoritas ustadz/ah TPA/TPQ saat ini tidak mampu membaca Al Qur’an yang baik sesuai dengan kaidah bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw., kalau ustadz/ah saja membaca Al Qur’annya salah, lalu bagaimana dengan para santri/wati TPA/TPQ yang diajarnya, trus ditambah lagi dengan perhatian para ustadz/ah atau Pengurus TPA/TPQ kebanyakan hanya waktu sisa semata, maka hasilnya pun juga sisa-sisa. Belum lagi jika dilihat dari kurikulum, tidak Memiliki kurikulum yang jelas, sehingga tidak tahu kemana arah pengajaran Al Qur’an mau dicapai, yang ada hanya sebatas ngaji dan ngaji semata tanpa pijakan yang jelas dan masih banyak lagi kekurangan serta kondisi yang memprehatinkan dari TPA/TPQ saat ini.

Taman Pendidikan Al Qur-an (TPA/TPQ) Adakah yang peduli denganmu….?


Quantcast
Belum lama, aku menghadiri acara yang diselenggarakan oleh salah satu masjid di Kota Solo. Acara tersebut berlangsung dari pagi hingga menjelang dhuhur tiba, setelah adzan sholat dhuhur dikumandangkan akupun bergegas sholat dengan harus antri berwudhu terlebih dahulu. Disaat menunggu giliran wudhu, akupun tidak membuang kesempatan untuk mencari tahu atau sekedar ingin tahu berbagai pengumuman kegiatan Islam yang terpampang tidak jauh dari tempatku berwudhu. Dari sekian pengumuman yang ku baca , tak satupun yang membuatku tertarik atau sedikit memberikan perhatian, tapi justru aku tertarik pada laporan keuangan masjid yang terpampang dengan sangat jelasnya. Mengapa aku begitu tertarik ? Tak lain karena nominal dana saldo yang begitu fantastis, anda ingin tahu kira-kira berapa juta ? Mungkin kebanyakkan dari anda akan memberikan jawaban tidak kurang dari Rp. 10 juta bukan? Wah … jawaban anda salah, saldo masjid tersebut mencapai puluhan juta rupiah.

Jumat, 23 Desember 2011

PERSIAPAN AWAL SEBELUM MENJADI PENGHAFAL AL QUR’AN /HAFIZHAH


Oleh :
Ustadzah Romlah Naila Hafazhah Fillah


A. Membaca Al Qur’an
Sebelum menjadi penghafal Al Qur’an seorang calon hafizh/hafizhah dituntut untuk belajar pertama kali membaca Al Qur’an yang baik dan benar sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw., Belajar membaca Al Qur’an merupakan pintu gerbang pertama kali bagi mereka yang akan menghafal sekaligus memahami Islam serta mendapatkan keutamaan dan kebaikan yang banyak di sisih Allah SWT.

CARA PANDANG MASYARAKAT TERHADAP PENGHAFAL AL QUR’AN MASA KINI

Waktu pagi menjelang siang, ada sekumpulan ibu – ibu yang sedang berbelanja, asik memang kalau kita menyaksikan ibu – ibu berkumpul, pasti ada yang seru untuk jadi bahan obrolan. Kebetulan saat itu ibu – ibu pada pusing untuk mencarikan sekolah anak – anak mereka. Tak lama kemudian disela – sela berbelanja, terjadilan obrolan yang seru tentang rencana menyekolahkan anaknya masing – masing. Saat itu Bu yono ( nama samaran ) mengawali obrolan mengatakan : “Bu , maaf ya saya tidak bisa ikut rapat PKK nanti, sebab saya mau mencarikan sekolah anak saya ke sekolah Favorit yang dekat Lapangan Stadion“ Kemudian ada ibu yang menyela bertanya : “Lho….bu Yono, mengapa tidak ke pondok pesantren saja, kan lebih dekat dari kampung kita ?, lagiankan anak kita nanti bisa baca Al – Qur’an ?” Wah gimana ya bu, ……. kalau ke Pondok pesantren takutnya sih pendidikannya kurang baik, terus nanti kalau lulus mau kerja apa ? Lagian kalau ingin bisa ngaji, tidak ke Pondok juga bisa !, disamping itu Pondok pesantren sekarang mana ada yang baik ? jika dibandingkan dengan sekolah favorit saat ini ? ”Jawab bu Yono berargumen

SYAIR PILIHAN TENTANG FADHILAH AL – QUR’AN


i
Kata Imam Syathibi ra
Sesungguhnya Kitabullah adalah pemberi syafa’at yang paling kuat
Kekayaan yang paling mencukupi memberikan keutamaan
Teman yang paling baik yang omongannya tidak membosankan
Mengulang – ulang menambah semakin Indah
Seorang pemuda terkejut dalam kegelapan
Dari kuburnya dia memberikan jalan yang bercahaya
Disanalah memberikan ucapan selamat kepadanya dan memberi teman
Dan karenanya dalam puncak kemuliaan yang mulia dalam keridloaanNya untuk dikasihnya

Permintaannya pada Nya pasti kan tercapai
Wahai Qori’, berpegang teguhlah padanya
Memuliakannya dan mengangungkannya setiap saat
Selamat sejahteralah kedua orang tuamu
Pakailah cahaya dari mahkota dan berlian
Apa sangkaanmu tentang anak ketika mendapatkan pembalasan pahala-Nya
Mereka ahli Allah dan yang terbaik

Orang yang memiliki kebaikan, kebajikan, kesabaran dan takwa
Allah menghiasi mereka dengannya Al – Qur’an datang merincikan
Wajib atasmu selama hidup berlomba tentangnya
Jual duniamu dengan memburu kemuliaan
Semoga Allah membalasi dengan kebaikan dari kita para imam
Mereka mengambil Al – Qur’an untuk kita air segar nan tawar
( Dari Muqodimmah Matan Syatibiyah yang bernama : Hirzul Amaniy wa Wajhut Taharniy Fil Qira’at as Sab’I oleh Imam Al – Qosim Al Syatibiy, wafat tahun 590 H )

MENGAPA HARUS SATU JUZ SETIAP HARI ?


Quantcast
Saudaraku ! Sadarkah kita bahwa Al Qur’an diturunkan Allah Swt kepada manusia agar menjadi sumber Tazwid ( Bekal 0 bagi peningkatan dan penyegaran ruh, Fikri serta manhaji ? Sadarkah kita jika sehari saja kita jauh dari Al Qur’an, berarti terputus dari diri kita proses tazwid tersebut ? Sadarkah kita bahwa justru proses tazwid / bekal – bekal berasal dari selain wahyu Allah – mungkin dari TV, Koran, Majalah atau lainnya – yang sesungguhynya akan membuat ruhiyah kita lemah dan keyakinan kita ringkih terhadap Fikrah dan minhaj ? Jika demikian yang terjadi, melemahlah semangat kita untuk beramal sholeh dan sulit untuk di ajak berbuat baik.

Pendaftaran Hafidzoh Baru Khoirotunhisan

Minggu, 18 Desember 2011

Menghafal Al-Qur’an, Siapa Takut? Inilah 10 Triknya


Quantcast
Menghafal Al-Qur’an selalu menjadi idaman setiap Muslim, ia juga selalu menjadi batu pertama dalam menempuh perjalanan menuntut ilmu para ulama-ulama kita. Hal ini bisa kita temukan dalam setiap biografi para pewaris Nabi ini. Di sisi lain, menghafal Al-Qur’an juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam berinteraksi dengan kitab pusaka umat Islam, Al-Qur’an.

Banyak sudah tulisan yang memuat trik dan tips menghafal Al-Qur’an, mulai dari zaman para Salafus Shaleh sampai sekarang. Namun ada berapa poin yang kadang kurang dipahami oleh para penghafal Al-Qur’an, ada yang lebih mendahulukan poin-poin sekunder dibanding yang primer, begitu pula ada yang lalai terhadap hal-hal yang primer padahal itu adalah poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an.

Kisah Nyata: Akhir hayat penggemar musik dan pencinta Al-Qur’an Saif Al Battar

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri: “Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”

Kisah gadis cilik pencinta Al Qur’an Saif Al Battar



Quantcast
Ini adalah sebuah kisah nyata tentang seorang anak kecil yang sangat mencintai Al Qur’an, Namanya Shafa’, gadis cilik Al-Jazair berusia 8thn sangat mencintai Al-Qur’an dan syaikh Sudais, Imam Masjidil Haram, sehingga ia juara 1 dalam musabaqoh Al-Qur’an tingkat Al-Jazair. Ia mampu meniru persis bacaan Syaikh Sudais, termasuk doa khatamul Qur’an. Saking cintanya ia pada Syekh Sudais, sampa ia tambahkan akhir namanya dengan Assudaisiyyah sehingga menjadi,   Shafa’ Assudaisiyyah.  Subhanallah…
Setiap saat ia meminta ibunya untuk menemukannya dengen syaikh  Sudais. Karena dari keluarga miskin, rumah saja tidak punya, ibunya selalu menghiburnya samabil mengatakan, insya Allah. Sampai pada suatu saat, Sahafa’ marah-marah dan menuduh ibunya berbohong terus dan tidak mau lagi membaca dan menghafal Al-Qur’an. Ibunyapun panik. Saat melihat DR. Muhammad Assuwaini, pakar pendidikan dalam salah satu program TV lokal Al-Jazair, tiba-tiba saja hatinya tergerak untuk menelepon sang pakar dan menceritakan kasusnya. Ia mohon dihubungkan dengan Syaikh Sudais. Setelah Syaikh Sudais mendengar kisah tersebut, hati Beliau tergerak mengundang Shafa’ dan kedua orang tuannya ke Madinah dan Makkah sebagai tamu kehormatannya.