Senin, 26 Desember 2011

Manajemen Masjid seharusnya lebih baik dari Manajemen RT (Rukun Tetangga) ….

 

Sebelum membahas tema diatas perlu saya sampaikan atas respon dari masyarakat tentang berbagai tulisan dalam buletin ini sebelumnya, yakni yang berhubungan dengan masjid, antara lain tema “Dicari Takmir masjid yang memiliki Visi dan Misi Pemberdayaan Ummat”, “Kemana Infaq juma’atan anda selama ini disalurkan/dimanfaatkan” dan masih banyak tulisan lainnya yang segera hadir dihadapan pembaca sekalian, baik yang saya muat di situs maupun buletin kita tercinta, Insya Allah.
Dari respon masyarakat yang masukkan, terbagi menjadi 3 kelompok, pertama, Kelompok yang pasif, Kedua, kelompok yang menentang, karena mereka merasa dikritik dan “ditelanjangi”, kelompok ini didominasi mereka yang tidak enghendaki perubahan serta ketiga, mereka yang memberikan dukungan, kelompok ini diwakili mereka yang menginginkan perubahan dan berharap masjid memiliki Visi ke depan dengan baik dan jelas.
Berbagai respon atas tulisan tersebut, penulis serahkan pada masyarakat untuk memberikan penilaian, kewajiban penulis hanya menyampaikan dan membangun para paradigma ummat agar memberikan perhatian yang serius terhadap kemajuan masjidnya, jangan sampai masjid terkesan hanya untuk ibadah ritual semata. Tidak hanya itu, penulis pun siap diajak diskusi jika diminta, tentunya permintaan tersebut dengan cara yang baik dan elegan dan tidak dengan cara yang kasar sebagaimana seorang “raja”.
Untuk itu pembaca, pada buletin kali ini penulis merasa perlu untuk mengangkat tema tentang manajaemen masjid hari ini, sebelum kita ulas, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan pada para pembaca sekalian, yakni, kira-kira berapa jumlah jama’ah masjid yang aktif di masjid anda saat ini ? Siapa saja orangnya?Berapa keluarganya? Bagaimana kondisi keluarganya Dll ? Termasuk wajib Zakat atau berhak menerima Zakat kah mereka ?
Atas pertanyaan tersebut diatas, saya amat yakin anda tidak akan mendapatkan jawaban yang jelas pada kebanyakkan masjid kita hari ini, sebab kebanyakan masjid saat ini manajemennya masih terkesan amburadul, maka pas saja kalau boleh saya katakan bahwa manajamen masjid masih kalah baik dengan manajemen RT (Rukun Tetangga).
Ya…..inilah gambaran manejemen masjid kita hari ini, data jumlah jama’ah masjid saja kebanyakan tidak dimiliki, belum lagi berapa jumlah peduduk yang beragama Islam dengan segala tingkatan dan kondisinya, perpustakaan masjid hanya dijadikan pajangan dan tidak memiliki orientasi yang jelas untuk mencerdaskan ummat, takmir masjid tidak memiliki rencana program yang jelas dalam kurun waktu tertentu, misalnya 3 tahun ke depan, sehingga ummat juga bisa mengukur dan memberikan penilaian atas kinerja para takmir/pengurus masjid. Tidak seperti saat ini, banyak kinerja para takmir/pengurus masjid yang tidak bisa di ukur, karena manajemen yang diterapkan masih menggunakan manajemen asal jalan.
Wal hasil, manajemen masjid seharusnya menjadi prioritas garapan awal bagi para takmir/pengurus masjid saat ini sebelum menjalankan program lainnya. Sebab tanpa manajemen yang baik, mustahil masjid akan berhasil mendapatkan kemajuannya. Terlebih lagi bagi takmir masjid yang telah memimpin masjid puluhan tahun (bakhan sejak awal berdirinya masjid) telah menobatkan diri menjadi takmir masjid, sedangkan penantaan manajemen masih saja amburadul, tentunya hal ini tidak cukup hanya kita lihat dan dengar semata, tapi juga membutuhkan adanya penilaian dan perbaikan atas kinerja takmir tersebut. Maka, tidak salah memang kalau manajemen masjid masih kalah baik dengan manajemen RT.
Untuk itu, manajemen masjid harus lebih baik dari manajemen RT, tidak cukup hanya sebagai slogan tanpa realisasi, hanya saja memang kebanyakan kita lupa atau tidak tahu bagaimana membangun manajemen masjid yang baik,padahal kalau kita mau lihat pontensi masjid sangat besar guna mewujudkan dan memperbaiki manajemen tersebut secara baik. Pertanyaannya, mengapa kebanyakan masjid tidak mampu mewujudkan manajemen yang baik ? Ada beberpa sebab yang mendasari, antara lain:
1.  Kebanyakan para takmir masjid saat ini sudah tidak lagi produktif, baik dari sisi pikiran, tenaga maupun waktunya, padahal penataan awal manajemen masjid membutuhkan produktifitas yang tinggi
2.  Waktu dan kesempatan kita mengelola masjid hanya merupakan waktu-waktu sisa, sehingga memikirkan masjid tidak optimal termasuk menata manajemen secara baik
3.  Masjid tidak mampu mengumpulkan orang-orang yang pakar dan punya kemampuan dari kalangan jamaah masjid itu sendiri untuk terlibat membangun masjid, kebanyakan potensi mereka dibatasi, sehingga terkesan hanya dimanfaatkan semata dan tidak mungkin menjadi pengurus tetap masjid. Karena memang tidak sedikit para takmir yang khawatir jika posisinya sebagai seorang takmir masjid digeser, dengan kehadiran orang-orang yang lebih pakar dan berilmu.
4.  Kebanyakkan para takmir masjid hari ini masih menerapkan manajemen asal jalan, hal ini bisa kita lihat kebanyakkan masjid hari ini tidak memiliki rencana program yang jelas, baik program jangka pendek, menengah maupun panjang. Yang ada hanya menjalankan rutinitas ibadah, rutinitas hari raya islam dan rutinitas hari besar Islam semata, sehingga kinerjanya tidak bisa di ukur oleh ummat secara umum
Ke 4 hal tersebut penulis kira sudah lebih dari cukup untuk memberikan alasan atas sulitnya diterapkannya manajemen yang baik di masjid kita hari ini, terlepas dari itu semua kita harus menyadari bahwa mengelola masjid saat ini bukanlah persoalan yang mudah, tapi membutuhkan kesungguhan dan kemampuan untuk mengelola, karena masjid saat ini merupakan benteng terakhir bagi ummat untuk menjaga aqidah dan akhlaq disaat rumah-rumah kaum muslimin saat ini sudah tidak aman lagi untuk membentengi aqidah dan akhlaq anak-anak dan istri kita. Hanya masjid yang saat ini kita andalkan, tapi kalau kita lihat masjid hari ini, kita merasa prehatin dengan kondisinya. Penulis berharap, semoga para takmir/pengurus masjid saat ini tidak memandang bahwa menjadi seorang takmir/pengurus masjid adalah jabatan yang harus dipertahankan, terlebih lagi yang menginginkan menjadi takmir seumur hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar