Sabtu, 24 Desember 2011

TPA/TPQ diharap, tapi dilupakan …kok bisa???

Quantcast
Kalau anda mengerti betul bagaimana kondisi TPA/TPQ saat ini, maka kata-kata yang paling pas untuk diucapkan barangkali, ….Sungguh Memprihatinkan...,tak tega rasanya melihat perjalanan TPA/TPQ saat ini. Rasa keprihatinan ini barangkali cukup beralasan, karena memang pada kenyataannya TPA/TPQ saat ini ibarat anak tiri yang terlupakan, bayangkan sudah anak tiri, masih ditambah dengan istilah terlupakan lagi.
Kalau kita mau jujur, saat ini hampir tidak ada TPA/TPQ yang bisa dikatakan baik, yang ada serba memprihatinkan, coba kita tengok satu persatu, mulai dari kualitas ustadz/ah dalam hal bacaan Al Qur’an, moyoritas ustadz/ah TPA/TPQ saat ini tidak mampu membaca Al Qur’an yang baik sesuai dengan kaidah bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw., kalau ustadz/ah saja membaca Al Qur’annya salah, lalu bagaimana dengan para santri/wati TPA/TPQ yang diajarnya, trus ditambah lagi dengan perhatian para ustadz/ah atau Pengurus TPA/TPQ kebanyakan hanya waktu sisa semata, maka hasilnya pun juga sisa-sisa. Belum lagi jika dilihat dari kurikulum, tidak Memiliki kurikulum yang jelas, sehingga tidak tahu kemana arah pengajaran Al Qur’an mau dicapai, yang ada hanya sebatas ngaji dan ngaji semata tanpa pijakan yang jelas dan masih banyak lagi kekurangan serta kondisi yang memprehatinkan dari TPA/TPQ saat ini.

Sekalipun demikan kenyataannya TPA/TPQ masih diharapkan oleh sebagian besar kaum muslimin yang mengharapkan anak-anaknya bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, karena memang tidak ada tempat selain TPA/TPQ yang saat ini cocok dan tepat untuk mengajarkan Al Qur’an, harapan ini secara khusus ada dihati dan cita-cita para Ibu-ibu yang secara ekonomi tidak memiliki kemampuan yang cukup, jangankan untuk bisa menyekolahkan anaknya di Sekolah Full Day, untuk makan saja sulitnyanya bukan main. Jangankan mau mendatangkan guru ngaji ke rumah, mau mbayar listrik aja tidak bisa. Tapi disatu sisi dorongan dalam dirinya sangat kuat dan harap yang besar agar anak-anaknya bisa ngaji dengan baik dan terdidik akhlaqnya, maka tidak ada tempat untuk menaruh harapan kecuali ada di kantong-kantong TPA/TPQ. Entah bagaimana wujud dan bentuk TPA/TPQ saat ini, yang terpenting anaknya bisa ngaji dengan baik dan tidak seperti dirinya selaku orang tua. Inilah barangkali salah satu harapan para orang tua yang kehidupan ekonominya serba pas-pasan dan menaruh harapan besar terhadap TPA/TPQ.
Berharap boleh, ….dan tidak ada yang menyalahkan seseorang berharap dengan TPA/TPQ, tapi pada kenyataannya TPA/TPQ saat ini terlupakan dari agenda kebanyakan kaum muslimin, sehingga banyak orang tua yang terlupa bahwa mendidik anaknya dikantong-kantong TPA/TPQ adalah sangat penting untuk masa depan dan akhlaq anaknya, tak kentinggalan pula kebanyakan masjid-masjid saat ini melupakan atau pura-pura lupa dengan TPA/TPQ, sehingga TPA/TPQ ibarat hanya pelengkap aktivitas masjid saja, kalaupun toh ada rapat masjid, TPA/TPQ hanya kebagian waktu sisa. Kalaupun ada dana yang diperuntukkan TPA/TPQ, bagian dana TPA/TPQ besarnya hanya se emprit saja, padahal tanggung jawab dan kebutuhanya se gajah ….? Waleh….waleh ….malang betul nasipmu TPA/TPQ, engkau diharap tapi juga dilupakan……(abu muttatiar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar